28 Agu 2015

Jalan Pahlawan Tempoe Doloe

Jalan Pahlawan Tempoe Doloe

Dulu Jalan Pahlawan Surabaya ini bernama Alun-alun Straat. Foto diambil tahun 1930. Masih terlihat ada rel trem listrik, kendaraan dokar dan mobil pada zaman itu. Sekarang semua sudah berubah.

GEDUNG Raad van Justitie

GEDUNG Raad van Justitie (Pengadilan Tinggi) di Zaman Belanda, di Jalan Pahlawan (Alun-alun Straat) pada perayaan HUT Ratu Wilhelmina tanggal 31 Agustus 1935. Ada acara karnaval dan pawai yang disaksikan rakyat yang memenuhi sepanjang jalan, viaduk jalan-jembatan pelintasan kereta api, bahkan sampai ke puncak gedung kantor Gubernur Jawa Timur di seberangnya.

menyaksikan upacara

Gedung Kantor Gubernur Jawa Timur di Jalan Pahlawan (Alun-alun Straat) Surabaya tanggal 31 Agustus 1935 ramai sekali, selain di jalan raya dan viaduk (jembatan) kereta api, gedung sampai ke atas atap kantor gubernur ditempati pengunjung yang menyaksikan upacara, pawai dan karnaval.

menyaksikan upacara

Pada zaman Jepang, gedung ini berubah fungsi menjadi Markas Polisi Militer (Kenpetai) dan sekarang sudah hancur. Di atas lahan ini berdiri kokoh Tugu Pahlawan untuk memperingati peristiwa heroik 10 November 1945. Tugu Pahlawan ini diresmikan oleh Presiden RI pertama Ir..Soekarno tanggal 10 November 1952 dan di bawahnya dibangun pula Museum (bawah tanah) Tugu Pahlawan yang mengoleksi berbagai peninggalan masa perjuangan tahun 1945.

Pertigaan Jl Kramat Gantung

Difoto dari arah utara ke selatan terlihat pertigaan Jl. Kramat Gantung - Jl. Pasar Besar - Jl. Tembaan - dan Jl. Alun-alun - Jl. Pahlawan. Nampak gedung/restoran "GRIMMS" (di pojok jalan).

Jalan Pahlawan Doloe

Pemandangan panorama terlihat dari Gedung/Restoran "GRIMMS" & CO., pusat tempat kue tart, ice cream, makanan/minuman. Restoran tersebut adalah bekas Kantin Anggota Kerajaan Belanda dan terakhir dijadikan Kantin Bintara Angkatan Laut RI. Kini sudah dibongkar dan didirikan mal tahun 2004. Arah ke utara dari selatan, pertigaan Jl. Pasar Besar - Jl. Kramat Gantung - Jl. Tembaan, nampak di kejauhan VIADUCT kereta api, Jl. Pahlawan, dan Kantor Gubernur belum dibangun.

Sumber :
https://binatalenta45.wordpress.com/category/jaman-dulu/jawa-timur/
http://dewey.petra.ac.id/catalog/ft_detail.php?knokat=6622

Monumen Tugu Pahlawan Surabaya

Monumen Tugu Pahlawan

Bangunan Cagar Budaya di Surabaya : Monumen Tugu Pahlawan

Monumen berbentuk Tugu ini didirikan di bekas reruntuhan gedung Raad Van Justitie (kantor pengadilan tinggi) yang di bangun Belanda.

PETA LOKASI... Klik disini

Tugu Pahlawan yang menjadi ikon Surabaya dulunya adalah sebuah gedung bernama Palais Van Justitie (gedung pengadilan tinggi) di masa pemerintahan Belanda. Dari gedung ini, ribuan pejuang asal Surabaya divonis dan dikirim ke berbagai penjara. Ada beberapa pejuang yang ditahan dan disiksa di gedung ini. Gedung ini kemudian ikut hancur dalam bombardir mesin perang sekutu pada 10 November 1945.

Karena gedung ini dianggap mewakili tradisi kepahlawanan Surabaya (peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya), dari bekas tempat berdirinya Palais Van Justitie inilah... dibangun Tugu Pahlawan.

Plakat BCBS

Plakat BCBS : Monumen Tugu Pahlawan

Pada masa pemerintahan Belanda Kota Surabaya memiliki 2 (dua) kantor Pengadilan Tinggi.  Kantor Pengadilan Tinggi di sawahan (yang sekarang menjadi Jl. Arjuna) dan kantor Raad Van Justitie di aloen-aloen straat (Jl. pahlawan). Raad Van justitie ini diperuntukan untuk mengadili orang-orang eropa atau diluar etnis eropa yang melakukan kejahatan berat.

Pada masa pemerintahan Jepang gedung Raad Van Justitie digunakan sebagai markas kenpetei. Kenpetei merupakan satuan polisi militer jepang yan terkenal kejam. Pada saat kekalahan jepang terhadap sekutu, gedung Raad Van Justitie  ini diserang habis-habisan oleh pemuda-pemuda Surabaya yang meluampiskan amarahnya terhadap kekejaman kenpetei.

Sumber :
https://pesonacagarbudayasurabaya.wordpress.com/2013/08/03/tugu-pahlawan-raad-van-justitie/

Kantor Gubernur Jatim Tempoe Doeloe

Kantor Gubernur Jatim Tempoe Doeloe

Bangunan Cagar Budaya di Surabaya : Kantor Gubernur Jatim Tempoe Doeloe

Bekas Gouverneurs Kantoor Oost-Java. Dirancang oleh arsitek W. Lemei tahun 1929-1931. Pemborong: Ballast Ned. AAnn. Mij (NEDAM). Pindahan dari kantor Residen Jatim dibangun/dibongkar. Resident Kantoor yang lama di Taman Jajengrono (Willem plein) Jembatan Merah-Jalan Rajawali.

Kantor Gubernur Jatim Tempoe Doeloe2

Suasana "sikon" (situasi kondisi) tahun 1920/1935. Jalan Pahlawan dari arah utara ke selatan, difoto dari VIADUCT kereta api, nampak kiri sebagian kantor Gubernur Jatim dan di kejauhan Gedung Restoran "GRIMMS", bekas kantin Bintara Angkatan Laut R.I., kini gedung tersebut sudah dibongkar.

Kantor Gubernur Jatim Tempoe Doeloe3

Suasana di Jalan Pahlawan tahun 1920/1935 dari arah utara ke selatan, nampak kereta api uap di atas VIADUCT, di kejauhan Kantor Pos/Pakket. Foto diambil dari atas Gedung Gubernuran terlihat kumpulan orang (masa) tertib setelah menghadiri suatu "event".

Kantor Gubernur Jatim Tempoe Doeloe4

Sumber :
http://dewey.petra.ac.id/catalog/ft_detail.php?knokat=6581
http://dewey.petra.ac.id/catalog/ft_detail.php?knokat=6611

Kantor Gubernur Jawa Timur

Kantor Gubernur JATIM

Bangunan Cagar Budaya di Surabaya : Kantor Gubernur Jawa Timur Jl. Pahlawan 110 Surabaya

PETA LOKASI... Klik disini

Gedung yang terletak di Jl. Pahlawan 110 memiliki jam dan lonceng pada bagian atas yang konon katanya dapat dinaiki pengunjung. Dahulu Gedung ini merupakan pusat kegiatan Pemerintah sejak zaman Hindia Belanda, Jepang dan masa Proklamasi.

Gedung ini pada bulan Oktober 1945 pernah dijadikan tempat perundingan Presiden Soekarno dengan Jenderal Hawhorn untuk mendamaikan pertempuran yang terjadi antara pasukan sekutu dengan pemuda-pemuda Surabaya. Dan dari gedung inilah pada tanggal 9 November 1945 jam 23.00 wib Gubernur Suryo memutuskan menolak Ultimatum Jend. Mansergh yang berisikan agar pejuang-pejuang Surabaya menyerah tanpa syarat kepada tentara sekutu, sehingga terjadilah peristiwa pertempuran pada tanggal 10 November 1945.

Kantor Gubernur JATIM2

Kantor Gubernur Jawa Timur ini tidak banyak berubah dari fungsi aslinya dulu dan tampak anggun dengan cat tembok seluruhnya berwarna putih, warna khas bangunan peninggalan kolonial.

Di jaman kolonial Belanda, gedung ini digunakan sebagai kantor gubernur atau residen dan kantor kepolisian karesidenan. Pada masa Pemerintahan Jepang gedung tersebut difungsikan sebagai Kantor Syuucho mengingat jabatan gubernur dalam organisasi Pemerintahan Jepang tidak dikenal. Jabatan gubernur dihidupkan lagi pada masa kemerdekaan RI dan hingga saat ini gedung ini difungsikan sebagai Kantor Gubernur Jawa Timur.

Tidak banyak yang tahu, di halaman gedung gubernur ada patok 0 kilometer Surabaya, penanda jarak atau titik awal dari kota Surabaya.

Bangunan Kantor Gubernur Jawa Timur ini dibangun oleh Nederlandsche Aanneming Maatschappij dengan arsitek W.B. Carmiggelt dari jawatan Gedung-gedung Negara. Pada 10 Desmber 1931 resmi dibuka sebagai kantor Gubernur dan Kantor Karesidenan Surabaya. Pada masa pendudukan Jepang gedung ini juga difungsikan sebagai kantor syuucho (Karesidenan).

Sumber :
https://cindiltravel.wordpress.com/2013/06/15/surabaya-tempat-belajar-sejarah-lewat-bangunan-tua/
http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?p=99589469
http://news.lewatmana.com/menulusuri-tempat-bersejarah-di-surabaya/
https://pesonacagarbudayasurabaya.wordpress.com/2013/09/29/gedung-kantor-gubernur/

20 Agu 2015

Stasiun Kereta Api di Surabaya

STASIUN K-A DI SURABAYA

Stasiun Surabaya Kota ( Stasiun Semut )

PETA LOKASI... Klik disini

Stasiun Surabaya Kota (SB) yang populer dengan nama Stasiun Semut merupakan stasiun kereta api kelas besar yang terletak di Bongkaran, Pabean Cantikan, Surabaya. Letaknya sebelah utara Stasiun Surabaya Gubeng dan biasanya sebagai stasiun tujuan terakhir di Kota Surabaya dari jalur kereta api pulau Jawa bagian selatan yang menghubungkan Surabaya dengan Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta serta bagian timur yang menghubungkan Surabaya dengan Malang, Probolinggo, Jember, dan Banyuwangi. Saat ini keberangkatan dari dan ke menuju kota-kota tersebut dipindahkan ke Stasiun Surabaya Gubeng sehingga Stasiun Semut dijadikan sebagai tempat langsiran kereta api jarak menengah dan jauh serta melayani kereta ekonomi jarak dekat (lokal dan komuter) saja. Stasiun lain yang juga penting di Surabaya adalah Stasiun Pasar Turi yang menghubungkan Surabaya dengan Semarang dan Jakarta.

STASIUN SEMUT
Berdasarkan sejarahnya, Stasiun Surabaya Kota dibangun ketika jalur kereta api Surabaya-Malang dan Pasuruan mulai dirintis sekitar tahun 1870. Tujuannya untuk mengangkut hasil bumi dan perkebunan dari daerah pedalaman Jatim, khususnya dari Malang, ke Pelabuhan Tanjung Perak yang juga mulai dibangun sekitar tahun itu. Gedung ini diresmikan pada tanggal 16 Mei 1878. Dengan meningkatnya penggunaan kereta api, pada tanggal 11 November 1911, bangunan stasiun ini mengalami perluasan hingga ke bentuknya yang sekarang ini.

Stasiun Surabaya Kota menjadi stasiun ujung untuk kereta-kereta api ekspres terbaik pada masanya, mulai dari Eendaagsche Express yang menghubungkan Jakarta dengan Surabaya dalam waktu tercepat 11 jam 30 menit pada tahun 1930-an, hingga kereta ekspres malam Bima yang hingga awal 1990-an membawa kereta tidur.

Stasiun kereta api ini ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Wali Kota Surabaya dengan surat keputusan Nomor 188.45/251/402.1.04/1996, tanggal 26 September 1996. Stasiun itu ditetapkan sebagai bangunan yang harus dipertahankan bersama 60 bangunan lainnya di kota Surabaya. Keberadaannya terancam dengan rencana pembangunan pusat perbelanjaan dan kawasan pertokoan yang mengancam rusaknya keaslian lanskap stasiun itu, seperti halnya Stasiun Jakarta Kota di Jakarta. Bahkan sempat terjadi pembongkaran kawasan itu yang ironisnya melibatkan PT Kereta Api Indonesia.

Bangunan lama stasiun ini mulai direnovasi sejak bulan Juni 2012 untuk nantinya difungsikan kembali sebagai stasiun penumpang. Sejak bulan Juli 2014, stasiun ini telah menggunakan sistem persinyalan elektrik buatan PT Len Industri Indonesia (Persero), untuk menggantikan persinyalan mekanik. Stasiun ini memiliki 4 jalur aktif ditambah sekitar 8 jalur badug sebagai sepur simpan/tempat parkir rangkaian kereta dengan jalur 1 dan 2 sebagai sepur lurus.

Stasiun Surabaya Gubeng

PETA LOKASI... Klik disini

STASIUN GUBENG
Stasiun Surabaya Gubeng (kode: SGU, +5 m) adalah stasiun kereta api kelas besar yang terletak di Jalan Gubeng Masjid, Gubeng, Gubeng, Surabaya, Jawa Timur; berada di bawah naungan Daerah Operasi VIII Surabaya. Stasiun ini merupakan stasiun kereta api terbesar di Surabaya dan Jawa Timur serta merupakan tempat keberangkatan KA utama dari Kota Surabaya, khususnya yang melalui jalur selatan, sedangkan KA yang melewati jalur utara, seperti KA jurusan Jakarta via Semarang, diberangkatkan dari Stasiun Surabaya Pasarturi.

Stasiun Surabaya Gubeng pertama kali dibangun di sisi barat rel KA. Pada pertengahan dekade 1990-an, bangunan baru Stasiun Surabaya Gubeng dibangun di sisi timur rel KA dengan arsitektur lebih modern dan lebih luas.

Stasiun ini memiliki 6 jalur, di mana jalur 1 (paling barat) sebagai sepur lurus ke arah hilir biasanya digunakan untuk pemberangkatan KA Ekonomi ke arah selatan, jalur 2 sebagai sepur lurus ke arah hulu untuk kedatangan KA Ekonomi dari arah selatan, jalur 3 dan 4 digunakan untuk tempat singgah KA Logawa, Sri Tanjung, dan Penataran selama proses langsiran lokomotif dan sebagai jalur berjalan langsung untuk KA Barang, jalur 5 digunakan untuk kedatangan KA Mutiara Selatan dari Bandung, KA Sarangan dari Madiun, KA Bisnis-Eksekutif apabila di jalur 6 ada kereta api yang berhenti dan juga sebagai jalur berjalan langsung untuk KA Barang, serta jalur 6 (paling timur) digunakan untuk pemberangkatan dan kedatangan KA campuran, ekonomi, dan Eksekutif. Di bagian utara jalur 6 ada jalur yang bercabang menuju Balai Yasa (BY)/bengkel KA Surabaya Gubeng.

Stasiun Surabaya Pasar Turi

PETA LOKASI... Klik disini

STASIUN PASAR TURI
Stasiun Surabaya Pasar Turi (kode: SBI, +1 m) adalah stasiun kereta api kelas besar di perbatasan antara Gundih, Bubutan, Surabaya dengan Tembok Dukuh, Bubutan, Surabaya. Dengan letak ketinggiannya tersebut, stasiun ini merupakan stasiun terendah di Daerah Operasi VIII Surabaya. Stasiun ini memiliki 8 jalur dengan jalur 3 sebagai sepur lurus untuk jalur tunggal dan juga jalur ganda arah hulu (ke arah Jakarta) serta jalur 2 sebagai sepur lurus untuk jalur ganda arah hilir (dari arah Jakarta).

Stasiun ini merupakan tempat keberangkatan utama semua kereta api dari Kota Surabaya yang melewati jalur Pantura (Surabaya-Bojonegoro-Cepu-Semarang-Cirebon-Jakarta), sedangkan kereta api jalur selatan maupun timur dari Kota Surabaya diberangkatkan dari Stasiun Surabaya Gubeng.

Nama "Pasar Turi" diperoleh karena dahulu di sekitar stasiun ini terdapat sebuah pasar yang kebanyakan pedagangnya adalah pedagang bunga turi yang biasa dijadikan 'lalapan' sambel pecel. Ke arah timur dari stasiun ini terdapat pusat grosir yang menjual aneka ragam barang. Di bawah pusat grosir inilah, jalur kereta api muncul sebelum melintasi Jalan Dupak.

Jika stasiun-stasiun lainnya di Kota Surabaya dibangun oleh Staatsspoorwegen (SS) dan Oost-Java Stoomtram Maatschappij (OJS), stasiun ini dibangun oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), salah satu operator kereta api tertua di Hindia Belanda, pada kisaran 1902-1903 dan dibuka pada bulan Februari 1903. Pada masa itu, dari seluruh stasiun kelas besar A yang ada di Kota Surabaya, stasiun ini adalah stasiun besar untuk NIS.

Sejak Juli 2014, stasiun ini telah menggunakan sistem persinyalan elektrik buatan PT Len Industri Indonesia (Persero). Mulai September 2014, stasiun ini menjadi titik ujung timur jalur rel ganda Jakarta-Surabaya via jalur utara.

Stasiun Surabaya Wonokromo

PETA LOKASI... Klik disini

STASIUN WONOKROMO
Stasiun Wonokromo (WO) adalah sebuah stasiun kereta api kelas I yang terletak di Jalan Stasiun Wonokromo No. 1, Jagir, Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur dan berada di bawah naungan PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi VIII Surabaya. Stasiun yang terletak pada ketinggian +7 m ini berada di bagian selatan Surabaya, dan menjadi gerbang masuknya kereta api dari arah selatan (Malang/Banyuwangi Baru) dan barat daya (Madiun) menuju Surabaya. Stasiun Wonokromo mempunyai 3 lonceng di sekitar ruang PPKA. Bunyi dari lonceng yang paling utara digunakan sebagai tanda KA diberangkatan dari atau ke Stasiun Gubeng, bunyi dari lonceng yang di tengah digunakan sebagai tanda KA diberangkatkan dari atau ke Stasiun Sepanjang, dan bunyi dari lonceng yang paling selatan digunakan sebagai tanda KA diberangkatkan dari atau ke Stasiun Waru. Mulai 1 Agustus 2015, KA ekonomi jarak jauh juga singgah di stasiun ini untuk melayani naik turun penumpang.

Stasiun Wonokromo semula memiliki 7 jalur, yang kemudian berkurang menjadi 5 jalur dan akhirnya berkurang menjadi 4 jalur. Jalur 1 sebagai sepur lurus pertama biasanya digunakan untuk pemberangkatan KA ekonomi ke arah barat daya (Madiun) dan sebagai jalur berjalan langsung untuk KA yang tidak berhenti di Stasiun Wonokromo dari arah utara, jalur 2 (sepur lurus kedua) dan 3 digunakan untuk pemberangkatan KA ke arah selatan (Sidoarjo) dan kedatangan KA dari arah selatan maupun barat daya, serta jalur 4 hanya digunakan sebagai tempat parkir kereta perawatan rel (MTT, PBR, SSP, KSP).

Stasiun Sepanjang

PETA LOKASI... Klik disini

STASIUN SEPANJANG
Stasiun Sepanjang (SPJ) adalah stasiun kereta api kelas III/kecil yang terletak di Kawasan Sepanjang, Kecamatan Taman, Sidoarjo. Stasiun ini mempunyai 4 jalur rel kereta api dengan jalur 3 sebagai sepur lurus (sepur utama), namun jalur 1 sudah tidak dipakai lagi. Stasiun yang berada 7 meter di atas permukaan laut ini dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi VIII Surabaya.


Stasiun Waru

PETA LOKASI... Klik disini

STASIUN WARU
Stasiun Waru (WR) adalah stasiun kereta api kelas III/kecil yang terletak di Kedungrejo, Waru, Sidoarjo. Stasiun yang terletak di ketinggian +5 m ini berada di Daerah Operasi VIII Surabaya. Lokasi stasiun ini cukup strategis berada di jalur utama Surabaya-Sidoarjo dan letaknya pun sangat berdekatan dengan Terminal Utama Surabaya, yaitu Terminal Purabaya/Bungurasih.

Stasiun ini memiliki 4 jalur dengan jalur 1 sebagai sepur lurus dan jalur 2-4 untuk persilangan. Dulu di jalur 3 dan 4 terdapat fasilitas peti kemas. Kereta peti kemas ini memiliki relasi Tanjung Priok-Kalimas-Waru dan hanya beroperasi dua hari sekali. Namun, karena akan dibangun frontage road di sebelah timur stasiun ini untuk memecah kepadatan arus lalu lintas di jalan raya utama Surabaya-Sidoarjo, maka sejak awal tahun 2015 fasilitas tersebut dipindahkan sepenuhnya ke Stasiun Kalimas, Surabaya.

Stasiun Kalimas

PETA LOKASI... Klik disini

STASIUN KALIMAS
Stasiun Kalimas (KLM) merupakan stasiun kereta api yang berada di Perak Utara, Pabean Cantikan, Surabaya. Stasiun yang terletak pada ketinggian +2 m dpl ini berada di Daerah Operasi 8 Surabaya. Nama stasiun ini diambil dari sungai yang terletak 300 m di timur stasiun.

Stasiun Kalimas terletak di dekat Pelabuhan Tanjung Perak, sehingga berfungsi sebagai stasiun bongkar-muat peti kemas. Sebagai akibatnya, Stasiun Kalimas tidak melayani angkutan penumpang.


PETA JALUR KERETA API SURABAYA

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Surabaya_Kota

19 Agu 2015

Terminal Lainnya di Surabaya

TERMINAL SURABAYA

Detail penjelasan tentang jalur trayek angkot di Kota Surabaya dan informasi lainnya, silahkan Klik pada Link masing-masing Terminal tersebut di bawah ini.


1
TERMINAL PURABAYA
Jl. Letjen Soetoyo KM Sby 13 Waru
PETA LOKASI... Klik disini
Terminal Tipe - A
Informasi jalur trayek, dll... Klik disini
2
Terminal TAMBAK OSOWILANGON
Jl. Tambak Osowilangon Benowo
PETA LOKASI... Klik disini
Terminal Tipe - A
Informasi jalur trayek, dll... Klik disini
3
TERMINAL JOYOBOYO
Jalan Joyoboyo
Kel. Sawunggaling, Kec. Wonokromo
PETA LOKASI... Klik disini
Terminal Tipe - B
Informasi jalur trayek, dll... Klik disini
4
Terminal BALONGSARI
Jl. Balongsari Tama
Kel. Balongsari, Kec. Tandes
PETA LOKASI... Klik disini
Terminal Tipe - C
Informasi jalur trayek, dll... Klik disini
5
Terminal BENOWO
Jl. Benowo
Kel. Benowo, Kec. Pakal
PETA LOKASI... Klik disini
Terminal Tipe - C
Informasi jalur trayek, dll... Klik disini
6
Terminal BRATANG
Jl. Manyar
Kel. Barata Jaya, Kec. Gubeng
PETA LOKASI... Klik disini
Terminal Tipe - C
Informasi jalur trayek, dll... Klik disini
7
Terminal DUKUH KUPANG
Jl. Dukuh Kupang 21
Kel. Pakis, Kec. Sawahan
PETA LOKASI... Klik disini
Terminal Tipe - C
Informasi jalur trayek, dll... Klik disini
8
Terminal KALIMAS BARAT
Jl. Raya Petekan
Kel. Perak Timur, Kec. Pabean Cantikan
PETA LOKASI... Klik disini
Terminal Tipe - C
Informasi jalur trayek, dll... Klik disini
9
Terminal KEDUNG COWEK
Sisi Barat Jembatan Suramadu
PETA LOKASI... Klik disini
Terminal Tipe - C
Informasi jalur trayek, dll... Klik disini
10
Terminal KENJERAN
Jl. Abdul Latif
Kelurahan Kenjeran, Kecamatan Bulak
PETA LOKASI... Klik disini
Terminal Tipe - C
Informasi jalur trayek, dll... Klik disini
11
Terminal KEPUTIH
Jl. Keputih, Surabaya
PETA LOKASI... Klik disini
Terminal Tipe - C
Informasi jalur trayek, dll... Klik disini
12
Terminal MANUKAN
Jl. Manukan Tama
Kelurahan Lontar, Kecamatan Sambikerep
PETA LOKASI... Klik disini
Terminal Tipe - C
Informasi jalur trayek, dll... Klik disini
13
Terminal MENANGGAL
Jl. Dukuh Menanggal
Kel. Menaggal, Kec. Gayungan
PETA LOKASI... Klik disini
Terminal Tipe - C
Informasi jalur trayek, dll... Klik disini

Keterangan :
  • Terminal tipe A (Terminal Induk) berfungsi melayani kendaraan umum baik secara nasional maupun internasional seperti angkutan antarkota antarprovinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antarkota dalam provinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.

  • Terminal tipe B (Terminal Regional) berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam provinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.

  • Terminal tipe C (Sub-Terminal) berfungsi melayani kendaraan umum kelas kecil seperti angkutan kota dan angkutan pedesaan.

By : Www.SurabayaInfoWisata.Blogspot.Com

TERMINAL PURABAYA

PLAN PEMBANGUNAN TERMINAL PURABAYA

Pengembangan Terminal Purabaya / Bungurasih

PETA LOKASI selengkapnya... Klik disini

Terminal Purabaya / Terminal Bungurasih adalah Terminal Tipe - A... yang merupakan pengembangan dari Terminal Joyoboyo yang kapasitasnya sudah tidak memadai serta berada dipusat kota yang tidak memungkinkan dilakukan pengembangan. Pembangunan terminal Type A Purabaya sudah direncanakan sejak tahun 1982 berdasarkan surat Persetujuan Gubernur Jawa Timur namun baru dapat dilaksanakan pembangunan pada 1989 serta diresmikan pengoperasiannya oleh Menteri Perhubungan RI pada tahun 1991.

Lokasi pembangunan terminal Purabaya berada di desa Bungurasih Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dengan luas ± 12 Ha. Dipilihnya lokasi tersebut karena mempunyai akses yang sangat baik dan strategis sebagai pintu masuk ke kota Surabaya serta berada pada jalur keluar kota Surabaya arah timur selatan dan barat. Walaupun lokasi terminal Purabaya berada di Kabupaten Sidoarjo namun pengelolaan terminal dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Hal tersebut berdasarkan perjanjian kerjasama (MOU) antara Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dengan Pemerintah Kota Surabaya.

TERMINAL PURABAYA
Lokasi : Jl. Letjen Soetoyo KM Sby 13 (Komplek Terminal Bungurasih) Waru Sidoarjo 61256

Informasi selengkapnya tentang layanan penumpang, jalur bis antar kota, jalur trayek angkot, dll... Klik disini

Keterangan :
  • Terminal tipe A (Terminal Induk) berfungsi melayani kendaraan umum baik secara nasional maupun internasional seperti angkutan antarkota antarprovinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antarkota dalam provinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.

  • Terminal tipe B (Terminal Regional) berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam provinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.

  • Terminal tipe C (Sub-Terminal) berfungsi melayani kendaraan umum kelas kecil seperti angkutan kota dan angkutan pedesaan.

18 Agu 2015

BANDARA JUANDA

BANDARA INTERNASIONAL JUANDA
BANDARA INTERNASIONAL JUANDA

PETA LOKASI... Klik disini

Bandara Juanda  adalah bandar udara internasional yang terletak di Kecamatan Sedati, kabupaten Sidoarjo, 20 km sebelah selatan kota Surabaya. Bandara Internasional Juanda dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I. Namanya diambil dari Ir. Djuanda Kartawidjaja, Wakil Perdana Menteri (Waperdam) terakhir Indonesia yang telah menyarankan pembangunan bandara ini. Bandara Internasional Juanda adalah bandara tersibuk kedua di Indonesia setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta berdasarkan pergerakan pesawat dan penumpang. Namun merupakan bandara terbesar ketiga di Indonesia setelah Bandara Internasional Kuala Namu. Bandara ini melayani rute penerbangan dari dan tujuan Surabaya.

Bandara ini memiliki panjang landasan 3000 meter dengan luas terminal sebesar 51.500 m², atau sekitar dua kali lipat dibanding terminal lama yang hanya 28.088 m². Bandara baru ini juga dilengkapi dengan fasilitas lahan parkir seluas 28.900 m² yang mampu menampung lebih dari 3.000 kendaraan. Bandara ini diperkirakan mampu menampung 6 juta hingga 8 juta penumpang per tahun dan 120.000 ton kargo/tahun.

SEJARAH

Rencana untuk membangun satu pangkalan udara baru yang bertaraf internasional sebenarnya sudah digagas sejak berdirinya Biro Penerbangan Angkatan Laut RI pada tahun 1956. Namun demikian, pada akhirnya agenda politik pula yang menjadi faktor penentu realisasi program tersebut. Salah satu agenda politik itu adalah perjuangan pembebasan Irian Barat. Berangkat dari tujuan membantu operasi TNI dalam pembebasan Irian Barat, pemerintah menyetujui pembangunan pangkalan udara baru di sekitar Surabaya. Saat itu terdapat beberapa pilihan lokasi, antara lain: Gresik, Bangil (Pasuruan) dan Sedati (Sidoarjo). Setelah dilakukan survei, akhirnya pilihan jatuh pada Kecamatan Sedati, Sidoarjo. Tempat ini dipilih karena selain dekat dengan Surabaya, areal tersebut memiliki tanah yang sangat luas dan datar, sehingga sangat memungkinkan untuk dibangun pangkalan udara yang besar dan dapat diperluas lagi di kemudian hari.

Proyek pembangunan yang berikutnya disebut sebagai “Proyek Waru” tersebut merupakan proyek pembangunan lapangan terbang pertama sejak Indonesia merdeka. Proyek ini bertujuan menggantikan pangkalan udara yang tersedia di Surabaya adalah landasan udara peninggalan Belanda di Morokrembangan dekat Pelabuhan Tanjung Perak, yang sudah berada di tengah pemukiman yang padat dan sulit dikembangkan. Pelaksanaan proyek Waru, melibatkan tiga pihak utama, yaitu: Tim Pengawas Proyek Waru (TPPW) sebagai wakil pemerintah Indonesia, Compagnie d’Ingenieurs et Techniciens (CITE) sebagai konsultan, dan Societe de Construction des Batinolles (Batignolles) sebagai kontraktor. Kedua perusahaan asing terakhir, merupakan perusahaan asal Perancis. Dalam kontrak yang melibatkan tiga pihak tersebut, ditentukan bahwa proyek harus selesai dalam waktu empat tahun (1960-1964).

Untuk membangun pangkalan udara dengan landasan pacu yang besar (panjang 3000 meter dan lebar 45 meter) ini membutuhkan pembebasan lahan yang luas keseluruhannya mencapai sekitar 2400 hektar. Lahan tersebut tidak hanya berbentuk tanah, tetapi juga sawah dan rawa. Selain itu juga dibutuhkan pasir dan batu dalam jumlah yang besar. Pasirnya digali dari Kali Porong dan batunya diambil dari salah satu sisi Bukit Pandaan yang, kemudian diangkut dengan ratusan truk proyek menuju Waru. Jumlah pasir dan batu yang diperlukan sekitar 1.1200.000 meter kubik atau 1.800.000 ton. Konon Jumlah pasir sebanyak itu bisa digunakan untuk memperbaiki jalan Jakarta-Surabaya sepanjang 793 Km dengan lebar 5 m dan kedalaman 30 cm. Sedangkan jarak tempuh seluruh truk proyek, bila digabungkan adalah sekitar 25 juta Km atau 600 kali keliling bumi.

Dengan kegiatan proyek yang berlangsung siang-malam dan dukungan kerjasama dari berbagai pihak (Pemerintah Kota Surabaya, Komando Resor Militer (Korem) Surabaya, Otoritas Pelabuhan dan masyarakat pada umumnya), akhirnya proyek tersebut dapat diselesaikan lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Pada tanggal 22 September 1963, berarti tujuh bulan lebih cepat, landasan tersebut sudah siap untuk digunakan. Sehari kemudian satu sortie penerbangan, yang terdiri empat pesawat Fairey Gannet ALRI, di bawah pimpinan Mayor AL (Pnb) Kunto Wibisono melakukan uji coba pendaratan untuk pertama kalinya.

Di tengah proses pembangunan bandara ini, sempat terjadi krisis masalah keuangan. Ketika itu bahkan pihak Batignolles sempat mengancam untuk hengkang. Penanganan masalah ini pun sampai ke Presiden Sukarno. Dan Presiden Sukarno kemudian memberikan mandat kepada Waperdam I Ir. Djuanda untuk mengatasi masalah ini hingga proyek ini selesai. Pada tanggal 15 Oktober 1963, Ir. Djuanda mendarat di landasan ini dengan menumpangi Convair 990 untuk melakukan koordinasi pelaksanaan proyek pembangunan. Tidak lama setelah itu, pada tanggal 7 Nopember 1963 Ir. Djuanda wafat. Karena dianggap sangat berjasa atas selesainya proyek tersebut dan untuk mengenang jasa-jasa dia, maka pangkalan udara baru tersebut diberi nama Pangkalan Udara Angkatan Laut (LANUDAL) Djuanda dan secara resmi dibuka oleh Presiden Sukarno pada tanggal 12 Agustus 1964. Selanjutnya pangkalan udara ini digunakan sebagai pangkalan induk (home base) skuadron pesawat pembom Ilyushin IL-28 dan Fairey Gannet milik Dinas Penerbangan ALRI.

Dalam perkembangannya muncul keinginan maskapai Garuda Indonesia Airways (GIA) untuk mengalihkan operasi pesawatnya (Convair 240, Convair 340 dan Convair 440) dari lapangan terbang Morokrembangan yang kurang memadai ke Djuanda. Namun, karena dalam pembangunannya tidak direncanakan untuk penerbangan sipil, Lanudal Djuanda tidak memiliki fasilitas untuk menampung penerbangan sipil. sehingga kemudian otoritas pangkalan saat itu berinisiatif merenovasi gudang bekas Batignolles untuk dijadikan terminal sementara. Dan jadilah Lanudal Djuanda melayani penerbangan sipil yang pengelolaannya sejak 7 Desember 1981 dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan RI. Pada 1 Januari 1985, pengelolaan bandara komersial ini dialihkan kepada Perum Angkasa Pura I berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1984. Seiring waktu berjalan, frekwensi penerbangan sipil disana pun bertambah. Hingga akhirnya dibangun terminal khusus untuk melayani penerbangan sipil dan melayani juga penerbangan internasional. Pada 24 Desember 1990, bandara Juanda ditetapkan sebagai bandara internasional dengan peresmian terminal penerbangan internasional.

Terminal 1

Terminal 1 Bandara Juanda dibuka pada tahun 2006. Terminal ini terletak di sebelah utara landasan pacu. Terminal ini terbagi menjadi terminal A dan B. Beberapa tahun kemudian, semakin banyak rute penerbangan dari dan ke Surabaya. Baik domestik, maupun internasional. Hal ini membuat terminal ini menjadi overload. Kapasitas sebenarnya hanya 6 juta penumpang/tahun. Namun pada tahun 2013, jumlah penumpang yang berangkat dan datang menjadi 17 juta penumpang/tahun. Akhirnya pemerintah memutuskan membangun terminal 2 yang berada di terminal lama bandara juanda. Terminal lama dibongkar dan dibangun terminal 2.

Terminal 2

Terminal 2 mulai dibangun sejak tahun 2011. Terletak di terminal lama bandara Juanda. Terminal lama dibongkar dan dibangun terminal 2. Terminal ini dibangun untuk mengurangi kepadatan penumpang di terminal 1 yang sudah overload. Terminal ini dipakai oleh Garuda Indonesia dan AirAsia serta penerbangan internasional. Setelah tertunda beberapa bulan, terminal ini dijadwalkan beroperasi tanggal 14 Februari 2014. Namun karena abu letusan Gunung Kelud, terminal ini ditunda operasinya hingga beberapa hari. Terminal ini akan menampung 6 juta penumpang/tahun.

Transportasi
  • Jalan Tol : Bandara Juanda terkoneksi dengan Jalan Tol Waru-Juanda menuju ke Surabaya.
  • Bus : Bus DAMRI disediakan oleh pemerintah setempat untuk mengantarkan penumpang ke Terminal Surabaya yang dimulai sejak bulan November 2006.
  • Taksi : Taksi Primkopal Juanda memberlakukan tarif tetap ke berbagai macam tujuan di kota Surabaya dan daerah sekitarnya termasuk Malang, Blitar, Jember, Tulungagung. Berbeda dengan bandara lainnya di Indonesia. Tiket taksi dapat dibeli di loket yang terletak di pintu keluar bandara.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Internasional_Juanda

Pelabuhan Tanjung Perak

PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

Pelabuhan Tanjung Perak adalah sebuah pelabuhan yang terdapat di Surabaya, Jawa Timur. Secara administratif, pelabuhan Tanjung Perak termasuk ke dalam Kelurahan Perak Timur, Kecamatan Pabean Cantikan, Kota Surabaya. Di pelabuhan ini juga terdapat terminal peti kemas. Tanjung Perak merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk kedua di Indonesia setelah Tanjung Priok dan juga sebagai pusat perdagangan di Indonesia bagian timur. Tanjung Perak juga menjadi kantor pusat PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III.

Di sebelah pelabuhan Tanjung Perak terdapat Pelabuhan Ujung, yakni pelabuhan kapal feri dengan tujuan Pelabuhan Kamal, Bangkalan, Madura.

Sejarah Pelabuhan Tanjung Perak

Tanjung Perak merupakan salah satu pintu gerbang Indonesia, yang berfungsi sebagai kolektor dan distributor barang dari dan ke Kawasan Timur Indonesia, termasuk Jawa Timur. Karena letaknya yang strategis dan didukung oleh dataran gigir atau hinterland yang potensial maka Tanjung Perak juga merupakan Pusat Pelayaran Interinsulair Kawasan Timur Indonesia.

Dahulu kapal-kapal samudera membongkar dan memuat barang-barangnya di selat Madura untuk kemudian dengan tongkang dan perahu- perahu dibawa ke Jembatan Merah (pelabuhan pertama saat itu) yang berada di jantung kota Surabaya melalui sungai Kalimas.

Karena perkembangan lalu lintas perdagangan dan peningkatan arus barang serta bertambahnya arus transportasi maka fasilitas dermaga di Jembatan Merah itu akhirnya tidak mencukupi. Kemudian pada tahun 1875 Ir. W. de Jongth menyusun rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Perak agar dapat memberikan pelayanan kepada kapal-kapal samudera untuk membongkar dan memuat secara langsung tanpa melalui tongkang-tongkang dan perahu-perahu. Akan tetapi rencana ini kemudian ditolak karena biayanya sangat tinggi.

Selama abad 19 tidak ada pembangunan fasilitas pelabuhan, padahal lalu lintas angkutan barang ke Jembatan Merah terus meningkat. Sementara rencana pembangunan pelabuhan yang disusun Ir. W. de Jongth dibiarkan terlantar.

Pada sepuluh tahun pertama abad ke-20 Ir. W.B. Van Goor membuat rencana yang lebih realistis yang menekankan suatu keharusan bagi kapal- kapal samudera untuk merapatkan kapalnya pada tambatan. Dua orang ahli didatangkan dari Belanda yaitu Prof. DR. Kraus dan G.J. de Jong untuk memberikan suatu saran mengenai rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Perak.

Setelah tahun 1910, pembangunan fisik Pelabuhan Tanjung Perak dimulai, dan selama dilaksanakan pembangunan ternyata banyak sekali permintaan untuk menggunakan kade/tambatan yang belum seluruhnya selesai itu.

Dengan selesainya pembangunan kade/tambatan, kapal-kapal Samudera dapat melakukan bongkar muat di pelabuhan. Pelabuhan Kalimas selanjutnya berfungsi untuk melayani angkutan tradlslonal dan kapal-kapal layar, sementara pelabuhan yang terletak dl Jembatan Merah secara perlahan mulal ditinggalkan.

Sejak saat itulah, Pelabuhan Tanjung Perak telah memberikan suatu kontribusl yang cukup besar bagi perkembangan ekonomi dan memiliki peranan penting, tidak hanya bagi peningkatan lalu lintas perdagangan di Jawa Timur tetapi juga bagi seluruh Kawasan Timur Indonesia.

Untuk mendukung peranan itu pada tahun 1983 telah diselesaikan pembangunan terminal antar pulau yang kemudian diberi nama terminal Mirah. Untuk keperluan pelayanan penumpang kapal laut antar pulau juga dibangun terminal penumpang yang terletak di kawasan Jamrud bagian utara. Berdampingan dengan terminal penumpang antar pulau dibangun pula terminal kapal feri untuk pelayanan penumpang Surabaya-Madura yang beroperasi 24 jam penuh. Terminal feri itu kini dikenal dengan nama Pelabuhan Ujung.

Seiring dengan berjalannya waktu pelabuhan Tanjung Perak telah pula membuktikan peranan strategisnya sebagai pintu gerbang laut nasional (Gateway Port). Untuk itu dipersiapkanlah pembangunan terminal petikemas bertaraf internasional yang pelaksanaan fisiknya akhirnya dapat diselesaikan pada tahun 1992. Terminal petikemas itu saat ini dikenal dengan nama Terminal Petikemas Surabaya.

Fasilitas Pelabuhan Tanjung Perak

Terminal Gapura Surya Nusantara

Pelabuhan penumpang Tanjung Perak menghubungkan Surabaya dengan kota-kota pelabuhan lain di Indonesia. Terminal penumpang Tanjung Perak bernama Gapura Surya Nusantara yang merupakan terminal penumpang kapal laut termewah di Indonesia. Terdapat kapal ferry dengan rute Surabaya-Banjarmasin dan Surabaya-Makassar. Terminal Gapura Surya Nusantara dilengkapi dengan fasilitas dua buah garbarata untuk kapal yang menjadikan Tanjung Perak menjadi pelabuhan pertama di Indonesia yang menyediakan fasilitas ini.

Terminal Teluk Lamong

Pada 2015, kegiatan di Pelabuhan Tanjung Perak juga ditopang oleh kehadiran Terminal Teluk Lamong yang merupakan salah satu terminal pelabuhan tercanggih di dunia di mana seluruh sistem operasinya otomatis dan menggunakan komputer. Direncanakan antara Pelabuhan Tanjung Perak dan Terminal Teluk Lamong akan dihubungkan dengan sistem monorel petikemas pertama di dunia.

Dermaga kapal pesiar

Pelabuhan Tanjung Perak juga dilengkapi dengan fasilitas dermaga yang dapat melayani kapal pesiar baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Transportasi

Pelabuhan Tanjung Perak dapat diakses dari beberapa moda transportasi seperti jalan raya, jalan tol, maupun transportasi umum yang tersedia dari dan menuju Tanjung Perak, di antaranya bus kota, angkot, dan sebagainya.

Jalan raya yang terhubung dengan Pelabuhan Tanjung Perak diantaranya adalah jalan lingkar timur Surabaya (Middle East Ring Road), dari arah Rungkut hingga Kenjeran, lalu belok ke arah Jalan Perak Timur, dan lain-lain.

Sarana jalan tol yang menghubungkan dengan Pelabuhan Tanjung Perak yaitu Jalan Tol Surabaya-Porong yang terintegrasi dengan Jalan Tol Surabaya-Gresik dan Jalan Tol Waru-Juanda.

Peta Lokasi selengkapnya... KLIK DISINI

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Pelabuhan_Tanjung_Perak

16 Agu 2015

Tentang Kami

PUSAT PEMBUATAN MINYAK KECETIT

Assalammu'alaikum Wr Wb,

Kepada para pengunjung yang budiman... perlu diketahui bahwa WebBlog ini adalah situs pribadi yang dikerjakan sendiri untuk mengisi waktu luang agar lebih produktif dengan tujuan intinya adalah untuk menginformasikan Produk MINYAK KECETIT yang saya buat agar lebih dikenal oleh masyarakat luas di seluruh penjuru Indonesia melalui media sarana WebBlog www.surabayainfowisata.blogspot.com ini.

Di halaman WebBlog ini... saya akan menayangkan alamat tempat-tempat wisata di Surabaya yang berbayar maupun yang Gratisan, Pusat Grosir Belanja Barang Murah dan atau Shopping Center yang ada di Surabaya, tempat-tempat kuliner, berbagai pernak-pernik di berbagai penjuru Kota Surabaya, dll, dengan harapan... semoga bermanfaat bagi siapapun Anda khususnya yang ingin mengajak keluarganya berjalan-jalan, tetapi... kekurangan informasi tentang keberadaan tempat-tempat berwisata yang ada di Surabaya tersebut. Untuk itulah, maka... jadikan WebBlog ini sebagai Panduan Berwisata Anda di Kota Surabaya, khususnya... bagi Anda yang tinggal di luar kota Surabaya dan sedang mencari informasi tempat-tempat wisata di Surabaya yang ingin Anda kunjungi bersama keluarga.

Demikian sekilas info tentang kami yang sekaligus sebagai pembuka untuk mengawali postingan di WebBlog ini. Akhir kata... semoga berbagai informasi yang telah ditayangkan dan atau yang akan ditayangkan di WebBlog ini bermanfaat bagi para pembacanya dan mendapat Berkah dan Ridho Allah SWT... Tuhan YME. Amin.

Wassalammu'alaikum Wr Wb.


Dikelolah oleh :

PUSAT PEMBUATAN MINYAK KECETIT

Jl. Padmosusastro 102-B Surabaya 60241
Call : 0878 5508 1688